1. Hakikat Penelitian Kuantitatif
Beberapa penjelasan sebelumnya mengemukakan bahwa penelitian ilmiah adalah
proses yang sistematis. Maknanya penelitian dilakukan dengan urutan dan prosedur tertentu yang
bersifat tetap dan para peneliti mengikuti cara seperti itu dalam
penelitiannya. Prosedur penelitian merupakan pedoman peneliti untuk melakukan
penelitian dengan cara yang benar. Peneliti tidak dapat melakukan penelitian
hanya dengan cara mengumpulkan data dan menganalisisnya, tetapi penelitian
harus berawal dari penemuan permasalahan dan berlanjut kepada tahap-tahap
selanjutnya. Proses penelitian ilmiah secara umum harus memenuhi tahapan perumusan
masalah, telaah teoretis, verifikasi data, dan kesimpulan. Tahap-tahap ini
berlaku untuk pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah (scientific inquiry) yang didasari oleh
filsafat positivisme logikal (logical
positivism) yang beroperasi dengan aturan-aturan yang ketat mengenai
logika, kebenaran, hukum-hukum, dan prediksi (Watson, dalam Danim 2002). Fokus
penelitian kuantitatif diidentifikasikan sebagai proses kerja yang berlangsung
secara ringkas, terbatas dan memilah-milah permasalahan menjadi bagian yang
dapat diukur atau dinyatakan dalam angka-angka. Penelitian ini dilaksanakan
untuk menjelaskan, menguji hubungan antar variabel, menentukan kasualitas dari
variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif
(untuk meramalkan suatu gejala).
Penelitian kuantitatif menggunakan
instrumen (alat pengumpul data) yang menghasilkan data numerikal (angka).
Analisis data dilakukan menggunakan teknik statistik untuk mereduksi dan
mengelompokan data, menentukan hubungan serta mengidentifikasikan perbedaan
antar kelompok data. Kontrol,
instrumen, dan analisis statistik digunakan untuk menghasilkan temuan-temuan
penelitian secara akurat. Dengan demikian kesimpulan hasil uji hipotesis yang
diperoleh melalui penelitian kuantitatif dapat diberlakukan secara umum.
Pendekatan
kuantitatif seperti penjelasan di atas mementingkan adanya variabel-variabel
sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan
dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Penelitian kuantitatif memerlukan adanya
hipotesis dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan
berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan
digunakan. Pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan
penafsiran angka.
Terdapat sejumlah situasi yang menunjukkan kapan
sebaiknya penelitian kuantitatif dipilih sebagai pendekatan antara lain:
1. Bila masalah yang merupakan titik tolak
penelitian sudah jelas. Masalah adalah penyimpangan yang terjadi antara harapan
dengan kenyataan, aturan dengan pelaksanaan, antara teori dengan praktek,
antara rencana dengan impelementasi atau tantangan dengan kemampuan. Masalah
ini harus ditunjukkan dengan data, baik hasil pangamatan sendiri maupun
pencermatan dokumen. Misalnya penelitian kuantitatif untuk menguji efektivitas
pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, maka data prestasi
belajar siswa sebagai masalah harus ditunjukkan.
2. Bila peneliti ingin mendapatkan informasi
yang luas dari suatu populasi. Penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk
mendapatkan infomasi yang luas tetapi tidak mendalam. Bila populasi terlalu
luas, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
tersebut. Misalnya penelitian tentang disiplin kerja guru di Kabupaten Bandung.
Peneliti dapat mengambil sampel yang representatif, tidak berarti harus semua
guru di kabupaten Bandung menjadi sumber data penelitian.
3. Bila ingin diketahui sejauh mana pengaruh
perlakuan/ treatment terhadap subyek
tertentu. Untuk kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan.
Misalnya penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan media pembelajaran audio-visual terhadap prestasi belajar
siswa.
4. Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis
penelitian. Hipotesis penelitian dapat berbentuk dugaan mengenai hubungan antar
variabel (hipotesis asosiatif) ataupun perbedaan skor variabel antar kelompok
(hipotesis komparatif). Misalnya peneliti ingin mengetahui perbedaan antara
disiplin kerja guru laki-laki dengan guru perempuan. Hipotesis komparatif yang
diuji adalah: “Terdapat perbedaan disiplin kerja guru laki-laki dengan guru
perempuan”. Contoh lain misalnya peneliti ingin mengetahui hubungan antara
motivasi kerja dengan kinerja guru.
Hipotesis asosiatif yang diuji dalam penelitian ini adalah: “Terdapat
hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja guru”.
5. Bila peneliti ingin mendapatkan data yang
akurat, berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat diukur. Misalnya ingin
mengetahui IQ guru pada sekolah tertentu, maka dilakukan pengukuran melalui tes
IQ terhadap guru-guru pada sekolah yang bersangkutan.
6.
Bila
peneliti ingin menguji terhadap adanya suatu keraguan tentang kebenaran
pengetahuan, teori, dan produk atau kegiatan tertentu. Misalnya peneliti ingin mengetahun
variabel yang lebih efektif apakah pembelajaran menggunakan metode diskusi atau
penugasan. Dalam hal ini, peneliti harus mengukur hasil belajar siswa yang menggunakan
metode diskusi dan hasil belajar siswa yang menggunakan metode penugasan. Pada tahap selanjutnya hasil pengukuran tersebut dibandingkan.
2. Prosedur
Penelitian Kuantitatif
Langkah-langkah penelitian
kuantitatif adalah operasionalisasi metode
ilmiah dengan memperhatikan unsur-unsur keilmuan. Penelitian kuantitatif
sebagai kegiatan ilmiah berawal dari masalah, merujuk teori, mengemukakan
hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Penelitian
kuantitatif berawal dari adanya masalah yang dapat digali dari sumber empiris
dan teoretis, sebagai suatu aktivitas penelitian pendahuluan (prariset). Agar
masalah ditemukan dengan baik memerlukan fakta-fakta empiris dan diiringi
dengan penguasaan teori yang diperoleh dari mengkaji berbagai literatur
relevan. Penelitian dilakukan secara sistematis, empiris, dan kritis mengenai
fenomena-fenomena yang dipandu oleh teori serta hipotesis sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 1.
Kegiatan penelitian dimulai
dengan mengidentifikasikan permasa- lahan atau isu-isu yang penting, aktual dan
menarik. Dan yang paling penting adalah manfaat yang dihasilkan bila masalah
itu diteliti. Masalah dapat digali dari berbagai
sumber empiris ataupun teoretis sebagai aktivitas penelitian pendahuluan (pra-penelitian).
Agar masalah ditemukan dengan baik diperlukan fakta-fakta empiris diiringi
penguasaan teori yang diperoleh melalui pengkajian berbagai literatur relevan. Pada
tahap selanjutnya, penelitian melihat tujuan sebagai suatu permasalahan. Masalah yang telah ditemukan diformulasikan dalam sebuah
rumusan masalah. Pada umumnya rumusan masalah penelitian kuantitatif disusun
dalam bentuk pertanyaan. Rumusan masalah merupakan penentuan faktor-faktor atau aspek-aspek yang
terkait dengan lingkup kajian penelitian.
Gambar 1 .
Proses (Siklus) Kegiatan Penelitian
Dalam praktiknya faktor-faktor serta
aspek-aspek yang berkaitan dengan kajian permasalahan sangat banyak dan
kompleks. Oleh karena itu diperlukan pembatasan pada faktor atau aspek yang
dominan saja. Penelitian membagi permasalahan menjadi sub-sub permasalahan yang
dapat dikelola dalam arti layak dan terjangkau untuk diteliti. Setiap sub
permasalahan dicari kemungkinan jawabannya secara spesifik dalam bentuk
hipotesis yang sesuai. Dalam hal inilah diperlukan studi kepustakaan yaitu
kegiatan untuk mengkaji teori-teori yang mendasari penelitian. Dalam kegiatan ini juga dikaji hal-hal empiris yang bersumber dari
penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian menahan sementara hipotesis atau
pertanyaan sampai semua data terkumpul dan diinterpretasikan.
Pada tahap
selanjutnya, penelitian diarahkan untuk mencari data didasari oleh rumusan masalah
dan hipotesis yang dikemukakan sebelumnya. Dalam hal ini diperlukan desain
penelitian yang berisi tahapan penelitian, metode penelitian, teknik
pengumpulan data, sumber data (populasi dan sampel), serta alasan mengapa
menggunakan metode tersebut. Sebelum kegiatan pengumpulan data dilakukan,
terlebih dahulu harus ditetapkan teknik penyusunan dan pengujian instrumen yang
akan digunakan untuk pengumpulan data. Data yang diperoleh kemudian di analisis
menggunakan teknik statistik. Hasil analisis data merupakan temuan yang belum
diberi makna.
Pemaknaan
hasil analisis data dilakukan melalui interpretasi yang mengarah pada upaya
mengatasi masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Dalam tahapan ini
dikemukakan tentang penerimaan atau penolakan hipotesis. Interpretasi dibuat
dengan melihat hubungan antara temuan yang satu dengan temuan lainnya.
Kesimpulan merupakan generalisasi hasil interpretasi. Terhadap kesimpulan yang
diperoleh maka diciptakanlah implikasi dan rekomendasi serta saran dalam pemanfaatan
hasil penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar