a.
Kurikulum Disiplin Ilmu
Menurut
Longstreet(1993) (Wina Sanjaya,2010:64) desain kurikulum ini merupakan desai
kurikulum yang berpusat kepada pengetahuan (the
knowledge centered design) yang dirancang berdasarkan struktur ilmu, oleh
krena itu model desain ini dinamakan juga model kurikulum subjek akademis yang
penekanannya diarahkan untuk pengembangan inteektual siswa. Para ahli memandang
desain kurikulum ini berfungsi
mengembagkan proses kognitif atau pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui
latihan menggunakan gagasan dan melakukan proses penelitian ilmiah
(McNeil1990).
Model
kurikulum yang berorientasi pada pengembangan intelektual siswa, dikembangkan
oleh para ahli mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Mereka
menyusun materi pelajaran apa yang harus dikuasai oleh siswa baik k menyangkut
data dan fakta, konsep, maupun teori
yang ada dalam setiap disiplin
ilmu mereka masing-masing. Materi pembelajran tentu saja disusun sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa. Selain memenentukan materi kurikulum, juga para pengembang
kurikulum menyusun bagaimana melakukan pengkajian materi pembelajaran melalui
proses penelitian ilmiah sesuai dengan corak atau masalah yang terkandung dalam
disiplin ilmu. Jadi, dengan demikkian dalamdesain ini bukan hanya diharapkan siswa
semata-mata dapat menguasai materi pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu, akan
tetapi juga melatih proses berpikir
melalui proses penelitian ilmiah yang sistematis.
Dalam
implementasinya, strategi yang banyak digunakan adalah strategi ekspositori.
Melalui strategi ini, gagasan atau informasi disampaikan oleh guru secara
langsung oleh guru kepada siswa. Selanjutnya siswa dituntut untuk memahami,
mencari landasan logika, dan dukungan fakta yang dianggap relevan. Siswa
dituntut untuk membaca buku-buku atau karya-karya besar dalam bidangnya untuk
dimegerti, dipahami, dan dikuasai . selanjutnya, penguasaan materi disiplin
ilmu itu dijadikan kriteria dalam keberhasilan implementasi kurikulum.
Evaluasi
yang digunakan bervariasi sesuai dengan tujuan mata pelajaran. Dalam pelajaran
humaniora evaluasi dilakukan dalam bentu essay.
Mata pelajaran kesenian diukur berdasarkan unsur subyektifitas. Matematika
dinilai berdasrkan penguasaan aksiomanya bukan sekedar kebenaran dalam
menghitung. Penilaian ilmu alam diberikan dalam bentuk pengujian proses
berpikir bukan sekedar benar dalam jawaban.
Terdapat 3
bentuk organisasi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu (Wina
Sanjaya,2010:65), yaitu :
1) Subject Centered Curriculum
Pada Subject Centered Curriculum, bahan atau isi kurikulum disusun dalam bentuk
mata pelajaran yang terpisah-pisah, misalnya mata pelajaran sejarahj ilmu bumi,
kimia, fisika berhitung dan sebagainya.
2) Correlated Curriculum
Pada organisasi kurikulum ini, mata
pelajaran tidak disajikan secara terpisah, akan tetapi mata peajaran-mata
pelajaran yang memiliki kedekatan atau mata pelajaran sejenis dikelompokkan
sehingga menjadi suatu bidang studi(broadfield), seperti misalnya mata pelajaran geografi,
sejarah, ekonomi dikelompokkan dalam bidang studi IPS
3) Integrated Curriculum
Pada organisasi kurikulum ini,
tidak lagi menampakkan nama-nama mata pelajaran atau bidangn studi. Belajar
berangkat dari suatu pokok masalah yang harus dipecahkan. Masalah ter sebut
kemudian dinamakan unit. Belajar berdasarkan unit bukan hanya menghafal
sejumlah fakta, akam tetapi juga mencari dan menganalisis fakta sebagai bahan
untuk memecahkan masalah. Belajar melalui pemecahan masalah itu diharapkan
perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada segi intelektual saja akan tetapi
seluruh aspek seperti sikap, emosi, atau keterampilan.
b.
Kurikulum Berorientasi pada Masyarakat
Asumsi yang
mendasari bentuk rancangan kurikulum ini adalah bahwa tujuan dari sekolah
adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan
masyarakat harus dijadikan dasar dalam melakukan isi kurikulum. (Wina
Sanjaya,2010:67)
Contoh desain
kurikulum ini seperti yang dikembangkan oleh Smith, Stanley, dan Shores dalam
buku mereka yang berjudul Fundamental of
Curriculum(1950) atau dalam buku Curriculum
Theory yang disusun oleh Beauchamp(1981). Mereka merumuskan kurikulum
sebagai sebuah desain kelompok sosial untuk dijadikan pengalaman belajar anak
di dalam sekolah. Artinya, permasalahan yang dihadapi dan dibutuhkan oleh suatu
kelompok sosial, harus menjadi bahan kajian anak didik di sekolah
Ada 3 kriteria
yang harus diperhatikan dalam proses mengimplementasikan kurikulum ini(Wina
Sanjaya,2010:70). Ketiganya menuntut oembelajaran nyata (real) berdasarkan tindakan(action),
dan mengandung nilai (values). Ketiga
kriteria tersebut adalah pertama, siswa
harus memfokuskan kepada salah satu aspek yang ada di masyarakat yang
dianggapnya perlu untuk diubah, kedua, siswa
harus melakukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi masyarakat itu, dan ketiga, tindakan siswa harus didasarkan kepada nilai(values), apakah tindakan itu patut
dlaksanakan atau tidak, apakah memerlukan kerja individual atau keompok tau
bahkan keduanya.
Dalam
mengorganisasi kegiatan belajar siswa disusun berdasarkan tema utama.
Selanjutnya tema itu dibahas kedalam beberapa topik yang relevan. Topik itulah
selanjutnya ditindaklanjuti, dibahas, dan dicari penyelesaian melalui
latihan-latihan dan kunjungan-kunjungan.
Mengenai
evaluasi pembelajaran diarahkan kepada kemapuan siswa mengartikulasi isu atau
masalah, mencari pemecahan masalah, mendefinisikan ulang tentang problema, memiliki
kemauan untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu. Oleh karena itu evaluasi
pembelajaran kurikulum rekonstrusi sosial dilakukan secara terus-menerus pada
setiap saat
c.
Kurikulum Berorientasi pada Siswa
Asumsi yang
mendasari desain ini adalah bahwa pendidikan diselenggarakan untuk membantu
anak didik. Oleh karenanya, pendidikan tidak boleh terlepas dari kehidupan anak
didik. Kurikulum yang berorientasi pada siswa menekankan kepada siswa sebagai
sumber isi kurikulum tidak boleh terlepas dari kehidupan peserta didik. (Wina
Sanjaya,2010:71)
Anak didik
adalah manusia yang sangat unik. Mereka memiliki karakteristik tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan, anak adalah makhluk yag
berkembang, yang memiliki minat dan bakata yang beragam. Kurikulum harus dapat
menyesuaikan dengan irama perkembangan mereka. Dalam mendesain kurikulum yang
berorientasi pada siswa, Alice Crow (Crow & Crow, 1995) menyarankan hal-hal
sebagai berikut :
1)
Kurikulum harus disesuaikan dengan
perkembangan anak
2)
Isi kurikulum harus mencakup
keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dianggap berguna untuk masa sekarang
dan masa yang akan datang.
3)
Anak hendaknya ditempatkan sebagai
subjek belajar yang berusaha untuk belajar sendidri. Artinya siswa harus
didorong untuk melakukan berbagai aktivitas belajar, bukan sekedar menerima
informasi dari guru.
4)
Diusahakan apa yang dipelajari siswa
sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat perkembangan mereka. Artinya apa yang
seharusnya dipelajari bukan ditentukan dan dipandang baik dari sudut guru atau
sudut orang lain tetapi ditentukan dari sudut anak itu sendiri.
Desain kurikulum yang berorientasi pada anak didik,
dapat dilihat minimal dari dua perspektif, yaitu :
1)
Perspektif Kehidupan Anak di Masyarakat
Dalam perspektif
ini, menharapkan materi kurikulum yang dipelajari di sekolah serta pengalaman
belajar, didesain sesuai dengan kebutuhan anak sebagai persiapan agar mereka
dapat hidup dimasyarakat. Anak dituntut untuk mempelajari berbagai macam yang
bersifat abstrak, akan tetapi teori atau berbagai konsep yang dihubungkan
dengan kehidupan nyata. Dengan demikian, apa yang dipelajari di sekolah relevan
dengan kenyataan dimasyarakat.
2)
Perspektif Psikologis
Dalam perpektif sikologis, desai kurikulum yang
berorientasi kepada siswa, sering diartikan juga sebagai kurikulum yang
bersifat humanistik, yang muncul sebagai reaksi terhadap proses pendidikan yang hanya mengutamakan segi intelektual.
Dalam perspektif ini, tugas dan tanggung jawab pendidikan di sekolah bukan
hanya mengembangkan intelektual siswa saja, akan tetapi mengembangkan seluruh
pribadi siswa sehingga dapat membentuk manusia yang utuh
Kurikulum humanistik
menekankan kepada integrasi, yaitu kesatuan pribadi secara utuh antara
intelektual, emosional, dan tindakan. Oleh karena prinsipnya demikian, maka
kurikulum humanistik harus dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dan
utuh, bukan pengalaman yang terpenggal-penggal. Organisasi kurikulum tidak
mementingkan sequence, sebab, dengan sequence yang kaku siswa tidak mungkin dapat
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Sequence dalam kurikulum
humanistik harus menckup elemen-elemen tentang nilai, konsep, sikap, dan
masalah. Dari hal-hal tersebut, disusun kegiatan-kegiatan yang memungkinkan
siswa mengembangkan elemen-elemen itu.
Tidak seperti
pada kurikulum subjek akademis dimana pelaksanaan evaluasi diarahkan untuk
melihat keberhasilan siswa dalam menguasai matri pelajaran, pelaksnaan evaluasi
dalam kurikulm humanistik lebih ditekankan kepada proses belajar. Kriteria
keberhasilan ditentukan oeh perkembangan anak supaya menjadi manusia yang
terbuka dan berdiri sendiri. Kurikulum hunanistik mengevaluasi berbagai
kegiatan yang telah dilaksanakan, dan bagaimana kegiatan tersebut mampu
memberikan nilai untuk kehidupan yang masa datang. Proses pembelajaranyang
bagus menurut kurikulum ini dalah manakala memberikan kesempatan kepada siswa
untuk tumbuh berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
d.
Kurikulm Teknologis
Model desain
kurikulum teknologis difokuskan kepada efektifitas program, metode, dan bahan-bahan
yang dianggap dapat mencapai tujuan. Perspektif teknologi telah banyak
dimanfaatkan pada berbagai konteks, misalnya pada program pelatihan di lapangan
industri dan militer. Desain sistem instruksional menekankan kepada pencapaian
tujuan yang mudah diukur, aktivitas, dan tes, serta pengembangan bahan-bahan
ajar.
Teknologi
mempengaruhi kurikulum dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi penerapan
hasil-hasil teknologi dan penerapan teknologi sebagai suatu sistem. Sisi
pertama yang berhubungan penerapan adalah perencanaan yang sistematis dengan
menggunakan media atau alat dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan dan
pemanfaatan alat tersebut semata-mata
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Dengan
penerapan hasil-hasil teknologi sebagai alat, diasumsikan pembelajaran akan
berhasil secara efektif dan efisien. Contohnya pembelajaran dengan bantuan
komputer. Sisi kedua, teknologi sebagai suatu sistem, menekankan kepada
penyusunan progam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem yang
ditandai dengan perumusan tujuan khusus sebagai tujuan tingkah laku yang harus
dicapai. Proses pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian,
keberhasilan pembelajaran itu diukur sejauh mana siswa dapat menguasai tujuan
khusus tersebut. Jadi, penerapan teknologi sebagai suatu sistem itu tidak
ditentukan oleh penerapan hasil-hasil teknologi akan tetapi bagaimana merancang
implementasi kurikulum dengan pendekatan sistem. (Wina Sanjaya,2010:75)
Kurikulum
teknologi, banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar behavioristik. Salah satu
ciri dari teori belajar ini adalah menekankan pola tingkah laku yang bersifat
mekanis seperti yang digambarkan dalam teori Stimulus-Respon. Lebih lanjut
dalam pandangan tentang beljara kurikulum ini memiliki karakteristik sebagai
berikut (Wina Sanjaya,2010:76):
ü Belajar
dipandang sebagai proses respon terhadap rangsangan.
ü Belajar
diatur berdasarkan langkah-langkah tertentu dengan sejumlah tugas yang harus
dipelajari
ü Secara
khusus siswa belajar secara individual, neskipun dalam hal-hal tertentu bisa
saja belajar secara kelompok.
Menurut McNeil(1990) (Wina Sanjaya,2010:76), tujuan
kurikulum teknologis ditekankan kepada pencapaian perubahan tingkah laku yang
dapat diukur. Oleh karena itu tujuan umum dijabarkan kedalam tujuan-tujuan
khusus. Tujuan-tujuan itu biasanya diambil dari setiap mata pelajaran (disiplin
ilmu). Tujuan yang berorientasi kepada tujuan kemasyarakatan jarang dgunakan.
Semua siswa diharapkan dapat menguasai secara tuntas tujuan pengajaran yang
ditentukan.
Ciri-ciri kurikulum teknologis adalah :
§ Pengorganisasian
materi kurikulum berpatokan kepada rumusan tujuan
§ Materi
kurikulum disusun secara bejenjang
§ Materi
kurikulum disusun dari mulai yang sederhana menuju yang kompleks
Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam implementasi
kurikulum teknologis adalah sebagai berikut :
Ø Kesadaran
akan tujuan, artinya perlu memahami bahwa pembelajaran diarahkan untuk mencpai
tujuan . oleh karena itu, siswa perlu diberi penjelasan tujuan apa yang harus
dicapai.
Ø Dalam
pembelajaran siswa diberi kesempatan mempraktikkan kecakapan sesuai dengan
tujuan.
Ø Siswa
perlu diberi tahu hasil yang telah dicapai. Dengan demikian siswa perlu
menyadari apakah pembelajran sudah dianggap cukup atau masih perlu bantuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar