a.
Prinsip Relevansi
Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta mebekali siswa baik dalam
bidang pegetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan
masyarakat. Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum
harus relevan dengan kebutuhan masyarakat. Inilah yang diebut dengan prinsip
relevansi. (Wina Sanjaya,2010:39)
Ada dua macam
relevansi, yaitu relevansi internal dan relevansi eksternal, relevansi internal
adalah bahwa kurikulum harus memiliki keserasian antara komponen-komponennya,
yaitu keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi, materi atau pengalaman
belajar yang harus dimiliki oleh siswa, strategi atau metode yang digunakan
serta lata penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan. Relevansi internal ini
menunjukkan keutuhan suatu kurikulum.
Relevansi
eksternal berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi, dan proses belajar
siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Ada 3 macam relevansi eksternal dalam pengembangan kurikulum. Pertama, relevan dengan lingkungan hidup
peserta didik. Artinya, proses pengembangan dan penetapan isi kurikulum
hendaklah disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar siswa. Contohnya, untuk
sekolah yang berada didaerah pantai, perlu diperkenalkan bagaimana kehidupan di
pantai, seperti tambak, kehidupan nelayan, pembibitan udang, dan lain
sebagainya. Kedua, relevan dengan
perkembangan zaman baik sekarang maupun masa yang akan datang. Artinya, isi
kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang berkembang.
Selain itu juga apayang diajarkan kepada sisaharus bermanfaat untuk kehidupan
siswa pada waktu yang akan datang. Ketiga,
relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan,
artinya bahwa apa yang diajarkan disekolah harus mampu memenuhi tuntutan dunia
kerja.
b.
Prinsip Fleksibelitas
Kurikulum harus bersifat lentur atau fleksibel.
Artinya, kurikulum itu harus sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang
kaku atau tidak fleksibel akan sulit diterapkan (Wina Sanjaya,2010:56). Prinsip
fleksibel memiliki dua sisi . Pertama, fleksibel
bagi guru, yang arinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk
mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada. Kedua, fleksibel bagi siswa,artinya
kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat
siswa.
c.
Prinsip Kontinuitas
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga
saling keterkaitan dan kesinambungan antara materi pelajaran berbagai jenjang
dan jenis program pendidikan. Prinsip ini sangat penting bukan hanya untuk
menjaga agar tidak terjadi pengulangan materi pelajaran yang memungkinkan
program pengajaran tidak efektif dan efisien, akan tetapi juga untuk
keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran pada jenjang pendidikan
tertentu. Maka perlu ada kerja sama antara pengembang kurikulum pada setiap
jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA dan Perguruaan Tinggi) (Wina Sanjaya,2010:41)
d.
Efektifitas
Walaupun
kurikulum harus mudah, sederhana, dan murah tetapi keberhasilannya tetap harus
diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitas
maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan
merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perencanaan di bidang
pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan dari
kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dibidang pendidikan. Keberhasilan
kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan.
Terdapat dua sisi efektifitas dalam pengembangan
kurikulum (Wina Sanjaya,2010:41). Pertama,
efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas
implementasi kurikulum di dalam kelas. Efektifitas berhubungan dengan guru
berhubungan dengan keberhasilan mengimplementasikan program sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun. Kedua, efektifitas
kegiatan siswa berhubungan dengan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang
telah ditentukansesuai dengan jangka waktu tertentu.
e.
Efisiensi
Prinsip efeisiensi berhubungan dengan perbandingan
antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang
diperoleh. Kurikulum memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan
sarana yang minimal dan waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang
maksimal. Berapapun bagus dan idealnya kurikulum manakala menunutut peralatan,
sarana dan prasarana yang sangat khusus serta mahal pula harganya, maka
kurikulum itu tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum harus dirancang
untuk dapat digunakan dalam segla keterbatasan. (Wina Sanjaya,2010:56)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar