Kamis, 28 Maret 2013

Penelitian Kualitatif

1. Hakikat Penelitian Kualitatif
Membuat batasan atau definisi tentang penelitian kua­li­ta­tif memang tidak mudah, mengingat banyaknya per­beda­an pandangan yang ada. Sebagaimana telah dikemukakan bah­wa dalam penelitian terdapat dua pende-katan yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu (Sukmadinata, 2005). Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002). Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).
Pembahasan sebelumnya telah menjelaskan penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dimulai dengan proses berpikir deduktif untuk mendapatkan hipotesis, kemudian melakukan verifikasi data empiris, dan menguji hipotesis berdasarkan data empiris, serta me­narik kesimpulan atas dasar hasil pengujian hipotesis. Untuk itu, peranan statistika sangat diperlukan dalam proses analisis data. Penelitian pendidikan akhir-akhir ini sudah mulai memusatkan per­hatian kepada konsep-konsep yang timbul dari data. Dengan demi­kian perhatian bukan kepada angka-angka yang diperoleh melalui pengukuran empiris, namun pada konsep-konsep yang terdapat di dalamnya. Suatu peris­tiwa empiris dapat menghasilkan suatu konsep. Konsep-konsep yang timbul dari data em­piris dicari hubungannya untuk membentuk teori.
Atas dasar uraian di atas, dapat dikemukakan lima ciri pokok sebagai karakteristik penelitian kualitatif yaitu:
1.      Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data
2.      Memiliki sifat deskriptif analitik
3.      Tekanan pada proses bukan hasil
4.      Bersifat induktif
5.      Mengutamakan makna
Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu si­tuasi sosial merupakan kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke lokasi tersebut, memahami dan mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di tempat kejadian. Peneliti meng­amati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat hubung­annya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang diamati pada dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku berlangsung. Misalnya peneliti ingin mengetahui peran kepala sekolah dalam pembinaan guru. Peneliti harus mendatangi suatu sekolah kemudian mengali informasi yang terkait dengan peran kepala sekolah dalam pembinaan guru baik itu dari kepala sekolah, guru, maupun dokumen sekolah.
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil peng­amatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis doku- men, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai si­tuasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pema­paran data pada umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan me­ngapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Untuk itu peneliti dituntut memahami dan me­nguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga dapat memberikan justifikasi mengenai konsep dan makna yang terkandung dalam data. Misalnya ketika peneliti ingin mengetahui peran kepala sekolah dalam pembinaan guru, berdasarkan data/informasi yang ada peneliti harus mampu menguraikan tujuan kepala sekolah dalam pembinaan guru, langkah-langkah yang dilakukan kepala sekolah dalam pembinaan guru, serta bagaimana respon guru terhadap pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. Data dan informasi yang diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana untuk mengungkap proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya memerlukan pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak dapar dilakukan dengan ukuran frekuensinya saja. Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata tentang kegiatan, prosedur, alasan-alasan, dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di mana dan pada saat mana proses itu berlangsung. Proses alamiah dibiarkan terjadi tanpa intervensi peneliti, sebab proses yang terkontrol tidak akan menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu mentaransformasi data menjadi angka untuk mengindari hilangnya informasi yang telah diperoleh. Makna suatu proses dimunculkan konsep-konsepnya untuk membuat prinsip bahkan teori sebagai suatu temuan atau hasil penelitian tersebut. Misalnya ketika meneliti peran kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti tidak mengukur frekuensi pembinaan yang dilakukan akan tetapi mengamati untuk apa pembinaan dilakukan serta bagaimana cara pembinaan dilaksanakan.
Penelitian kualitatif sifatnya induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari pro­ses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas tidak dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya induk­tif yaitu dari data yang terpisah namun saling berkaitan. Misalnya ketika meneliti peran kepala sekolah dalam membina guru, peneliti harus berusaha menemukan prinsip dan konsep-konsep atas dasar fakta. Peneliti tidak berupaya menerapkan teori/konsep yang terkait dengan pembinaan, akan tetapi berusaha menemukan konsep berdasarkan fakta dari lapangan. 
Penelitian kualitatif mengutamakan makna. Makna yang diungkap berkisar pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa. Misalnya penelitian tentang peran kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti memusatkan per­hatian pada pendapat kepala sekolah tentang guru yang dibinanya. Peneliti mencari informasi dari kepala sekolah dan pandangannya tentang keberhasilan dan kegagalan membina guru. Apa yang dialami dalam membina guru, me­ngapa guru gagal dibina, dan bagaimana hal itu terjadi. Sebagai bahan pembanding peneliti mencari informasi dari guru agar dapat diperoleh titik-titik temu dan pandangan mengenai mutu pembinaan yang dilakukan kepala sekolah. Ketepatan infor­masi dari partisipan (kepala sekolah dan guru) diungkap oleh peneliti agar dapat menginterpretasikan hasil penelitian secara sahih dan tepat.
Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik maknanya dan konsepnya, melalui pema­paran deskriptif analitik, tanpa harus menggunakan angka, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi yang alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks dan situasi tertentu. Realitas yang kompleks dan selalu berubah menuntut peneliti cukup lama berada di lapangan.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila dibandingkan dengan pendekatan kuantitatif Berikut ini dikemukakan kapan sebaiknya pendekatan kualitatif digunakan, antara lain:
1.      Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin malah masih gelap. Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan pendekatan  kualitatif, karena peneliti kualitatif akan langsung masuk pada situasi, melakukan eksplorasi, sehingga masalah ditemukan dengan jelas.
2.      Bila peneliti ingin memahami makna di balik data yang tampak. Gejala sosial sering tidak dapat dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang. Misalnya persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah akan berbeda dengan persepsi kepala sekolah. Data untuk mencari makna kepemimpinan kepala sekolah tersebut hanya cocok diteliti dengan metode kualitatif misalnya melalui wawancara mendalam, observasi, dan juga pencermatan dokumen.
3.      Bila peneliti ingin memahami interaksi sosial. Interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian kualitatif dengan cara berperan serta, wawancara mendalam terhadap interaksi sosial tersebut. Misalnya pemahaman terhadap kepemimpinan kepala sekolah hanya dapat dilakukan melalui kajian mendalam bukan hanya pengukuran sepintas. Dengan demikian dapat ditemukan pola hubungan yang jelas sehingga dapat ditemukan hipotesis yang berupa hubungan antar gejala.  Bila hipotesis terbukti, maka akan menjadi tesis atau menjadi teori.
4.      Bila peneliti ingin memastikan kebenaran data. Data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Melalui berbagai teknik pengumpulan data kualitatif, kepastian data akan lebih terjainin. Melalui pendekatan kuali- tatif data yang diperoleh diuji kredibilitasnya, penelitian berakhir setelah data itu jenuh sehingga kepastian data dapat diperoleh. Misalnya untuk mencari gaya kepemimpinan seperti apa yang sebaiknya diterapkan kepala sekolah dalam membina guru, sebelum ditemukan gaya yang tepat maka penelitian belum dinyatakan selesai.
5.      Bila ingin meneliti tentang sejarah atau perkembangan. Sejarah atau perkembangan kehidupan seseorang atau kelompok orang dapat dilacak melalui pendekatan kualitatif. Misalnya sejarah perkembangan sekolah sehingga sekolah tersebut menjadi sekolah favorit dalam padangan  masyarakat dan orang tua siswa.
Atas dasar penggunaanya, dapat dikemukakan bahwa penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan bertujuan untuk:
1.      Mendeskripsikan suatu proses kegiatan pendidikan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk menemukenali kekurangan dan kelemahan pendidikan se­hingga dapat ditentukan upaya penyempurnaannya.
2.      Menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa pendidikan yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya dalam konteks ruang dan waktu serta situasi lingkungan pendidikan se­cara alami.
3.      Menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep dan prinsip pen­didikan berdasarkan data dan informasi yang terjadi di lapangan (induktif) untuk kepentingan pengujian lebih lanjut melalui pen­dekatan kuantitatif.
Bidang kajian penelitian kualitatif dalam pendidikan antara lain berkaitan dengan proses pengajaran, bimbingan, pengelolaan/manajemen kelas, kepemimpinan dan pengawasan pendidikan, penilaian pendidikan, hubungan sekolah dan masyarakat, upaya pengembangan tugas profesi guru, dan lain-lain.

2. Prosedur Penelitian Kualitatif
Prosedur penelitian kualitatif memiliki perbedaan dengan pe­nelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif biasanya didesain secara longgar, tidak ketat, sehingga dalam pelaksanaan penelitian ber­peluang mengalami perubahan dari apa yang telah direncanakan. Hal itu dapat terjadi bila perencanaan ternyata tidak sesuai dengan apa yang dijumpai di lapangan. Meski demi­kian, kerja penelitian mestilah merancang langkah-langkah ke­giat­an penelitian. Paling tidak terdapat tiga tahap utama dalam penelitian kualitatif yaitu (Sugiyono, 2007):
1.      Tahap deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini, peneliti mendeskrip-sikan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti baru mendata sepintas tentang informasi yang diperolehnya.
2.      Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu. 
3.      Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis secara mendalam tentang fokus masalah. Hasilnya adalah tema yang dikonstruksi berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu pengetahuan, hipotesis, bahkan teori baru.
Secara spesifik, ketiga tahap di atas dapat djabarkan dalam tujuh langkah pe­nelitian kualitatif yaitu: identifikasi masalah, pem­batas­an masalah, penetapan fokus masalah, pelaksanaan penelitian, peng­olahan dan pemaknaan data, pemunculan teori, dan pelaporan hasil penelitian (Sudjana, 2001). Keterkaitan antara tiga tahapan proses dan tujuh langkah penelitian kualitatif ditunjukkan pada gambar 1 dan uraian berikut.
Langkah pertama: mengidentifikasi masalah. Suatu masalah me­rupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang ber­tanya-tanya, berpikir, dan berupaya menemukan kebenaran yang ada. Fe­no­mena masalah tersebut terjadi karena adanya se­suatu yang diharapkan, dipikirkan, dirasakan tidak sama de­ngan kenyataan, sehingga timbul “pertanyaan” yang menantang untuk ditemukan “jawabannya”. Atas dasar prinsip masalah tersebut, dalam meng­identifikasi masalah dapat muncul pertanyaan yang terkait dengan apakah, mengapa, dan bagaimana. Dari pertanyaan yang muncul tergambar substansi masalah yang terkait dengan pendekatan atau jenis penelitian tertentu. Dengan kata lain, jenis penelitian apa yang harus digunakan peneliti bergantung pada masalah yang ada. Di dalam penelitian sebaiknya seorang peneliti me­laku­kan identifikasi masalah dengan mengungkapkan semua permasalahan yang terkait dengan bidang yang akan diteliti­nya.
Gambar 1. Tahapan dan Langkah-langkah Penelitian Kualitatif

Langkah kedua: pembatasan masalah yang dalam penelitian kualitatif sering disebut fokus penelitian. Sejumlah masalah yang diidentifikasi dikaji dan diper­timbangkan apakah perlu direduksi atau tidak. Per­timbangannya antara lain atas dasar keluasan lingkup kajian. Kajian yang terlalu luas memungkinkan adanya hambatan dan tantangan yang lebih banyak. Kajian yang terlalu spesifik memerlukan ke­mampu­an khusus untuk dapat melakukan kajian secara mendalam. Pembatasan masalah merupakan langkah penting dalam menentukan kegiatan penelitian. Meski demikian, pembatasan masalah penelitian kualitatif tidaklah bersifat kaku/ketat. Pembatasan masalah dapat dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan antara lain:
1.       Dapatkah masalah tersebut dikembangkan untuk diteliti?
2.       Adakah data atau informasi yang dapat dikumpulkan untuk menemukan jawaban atas masalah yang dipilih?
3.       Apakah masalah dan pemecahannya cukup bermanfaat?
4.       Apakah masalah tersebut baru dan aktual?
5.       Sudah adakah orang yang melakukan pemecahan masalah tersebut?
6.       Apakah masalah tersebut layak diteliti dengan melihat kemampuan peneliti, akses memperoleh informasi, serta ketersediaan dana dan waktu?
Langkah ketiga: penetapan fokus penelitian. Penetapan fokus berarti membatasi kajian. Dengan menetapkan fokus masalah berarti peneliti telah melakukan pembatasan bidang kajian, yang berarti pula mem­batasi bidang temuan. Menetapkan fokus berarti menetapkan kriteria data penelitian. Dengan pedoman fokus masalah seorang peneliti dapat menetapkan data yang harus dicari. Data yang dikumpulkan hanyalah data yang relevan dengan fokus penelitian. Peneliti dapat mereduksi data yang tidak relevan dengan fokus penelitian. Sebagai catatan bahwa dalam pene­li­ti­an kualitatif dapat terjadi penetapan fokus pene­liti­an baru dilakukan dan dipastikan pada saat peneliti berada di lapangan. Hal itu dapat ter­jadi bila fokus masalah yang telah dirumuskan secara baik, namun setelah di lapangan tidak mungkin dilakukan penelitian sehingga di­ubah, diganti, disempurnakan atau dialihkan. Peneliti memiliki peluang untuk menyempurnakan, mengubah, atau menambah fokus penelitian.
Langkah keempat: pengumpulan data. Pada tahap ini yang perlu dipenuhi antara lain rancangan atau skenario penelitian, memilih dan menetapkan setting (la­tar) penelitian, mengurus perijinan, memilih dan menetapkan informan (sumber data), menetapkan strategi dan teknik pengumpul­an data, serta menyiapkan sarana dan prasarana penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menemui sumber data. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat me­lakukan pengumpulan data adalah menciptakan hubungan yang baik antara peneliti dengan sumber data. Hal ini terkait dengan teknik pengumpulan data yang akan digunakan misalnya obser­vasi, wawancara  atau pengamatan.
Langkah kelima: pengolahan dan pemaknaan data. Pada penelitian yang lain pada umumnya pengolahan data dan pemaknaan data dilakukan setelah data terkumpul atau kegiatan pengumpulan di lapangan dinyatakan selesai. Analisis data kualitatif yang meliputi pengolahan dan pemaknaan data dimulai sejak peneliti memasuki lapangan. Selanjutnya, hal yang sama dilakukan secara kontinyu pada saat pengumpulan sampai akhir kegiatan pengumpulan data secara berulang sampai data jenuh (tidak diperoleh lagi informasi baru). Dalam hal ini, hasil analisis dan pemaknaan data akan berkembang, berubah, dan bergeser sesuai perkembangan dan perubahan data yang ditemukan di lapangan.
Langkah keenam: pemunculan teori. Peran teori dalam penelitian kualitatif  berbeda dengan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif teori tidak dimanfaatkan untuk membangun kerangka pikir dalam menyusun hipotesis. Penelitian kualitatif bekerja secara induktif dalam rangka menemukan hipotesis. Teori berfungsi sebagai alat dan berfungsi sebagai fungsi tujuan. Teori sebagai alat dimaksudkan bahwa dengan teori yang ada peneliti dapat melengkapi dan menyediakan keterangan terhadap fenomena yang ditemui. Teori sebagai tujuan mengandung makna bahwa temuan penelitian dapat dijadikan suatu teori baru.  
     Langkah ketujuh: pe­laporan hasil penelitian. Laporan hasil penelitian merupakan bentuk pertanggungjawaban peneliti se­te­lah melakukan kegiatan pengumpulan data penelitian dinya­ta­kan selesai. Dalam konteks yang seperti ini, pelaporan hasil pe­nelitian secara tertulis memiliki nilai guna setidaknya dalam empat hal, yaitu:
1.      Sebagai kelengkapan proses penelitian yang harus dipenuhi oleh para peneliti dalam setiap kegiatan pe­nelitian
2.      Sebagai hasil nyata peneliti dalam merealisasi kajian ilmiah
3.      Sebagai dokumen autentik suatu kegiatan ilmiah yang dapat dikomuni-kasikan kepada masyarakat ataupun sesama peneliti
4.      Sebagai hasil karya nyata yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan bergantung pada kepentingan peneliti (Sukardi, 2003).
     Berdasarkan uraian tentang hakikat dan prosedur penelitian kualitatif, penelitian kualitatif mempunyai makna tersendiri untuk kepentingan bidang pendidikan. Pentingnya penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan antara lain:
1.      Pendidikan sebagai proses sosialisasi hakikatnya adalah interaksi manusia dengan lingkungan yang membentuknya melalui proses belajar dalam konteks lingkungan yang berubah-ubah.
2.      Pendidikan senantiasa melibatkan komponen manusia yakni pendidik dan tenaga kependidikan, siswa, kurikulum, lingkungan, waktu, serta sarana dan prasarana pendidikan. Setiap komponen saling berinteraksi dalam satu proses pendidikan/pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
3.      Pendidikan sebagai suatu sistem tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi juga berorientasi pada proses agar memperoleh hasil optimal.
4.      Pen­didikan dalam arti luas, terjadi pada setiap manusia dan berlangsung sepanjang hayat, dalam lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat, secara alami.
5.      Tekanan utama pendidikan adalah pembinaan dan pengembangan manusia mencakup aspek intelektual, moral, sosial dalam satu kesatuan utuh, serasi, selaras dan seimbang. Pembinaan dan pengembangan tersebut melalui proses belajar agar diperoleh perubahan-perubahan perilaku menyang­kut pengetahuan, sikap dan keterampilan.
     Proses dan hasil pendidikan tidak saja diukur secara numerik/angka dan bilangan dalam bentuk indeks-indeks prestasi atau indeks-indeks lainnya secara kuantitatif dan statistik. Lebih dari itu perlu pengkajian mendalam berkenaan dengan kualitas proses, efisiensi dan efektivitas, serta daya guna terhadap perubahan perilaku individu khususnya anak didik dan tenaga kependidikan. Data kualitatif dalam bidang pendidikan sangat bermanfaat untuk menemukan hakikat dan makna yang terkandung dalam proses pendidikan.
     Bagaimana proses pendidikan itu berlangsung, bagaimana perubahan terjadi dalam pro­ses tersebut, bagaimana interaksi guru-siswa dan siswa-siswa dalam pembelajaran, bagaimana sumber belajar dioptimal­kan penggunaannya, bagaimana guru me­nangani kesulitan belajar siswa, dan pertanyaan lainnya memerlukan data kualitatif dalam menjelaskannya. Pengukuran secara kuantitatif tersebut seringkali menghilangkan makna yang sebenar­nya, lebih dari data yang diperoleh secara kuantitatif berdimensi tunggal, padahal dalam kenyataannya suatu proses yang terjadi berkaitan erat dengan berbagai dimensi yang muncul dalam kondisi alamiahnya.